Subak, Refleksi dari Filosofi Tri Hita Karana dalam Pertanian Masyarakat Bali

- 8 Maret 2024, 15:12 WIB
Pertanian dengan sistem subak menjadi daya tarik wisata di Desa Wisata Jatiluwih
Pertanian dengan sistem subak menjadi daya tarik wisata di Desa Wisata Jatiluwih /Dokumentasi : kemenparekraf.go.id/

SEPUTARCIBUBUR- Selain wisata pantainya yang indah, Pulau Bali juga dikenal akan budaya dan tradisinya yang unik.

Salah satunya adalah Subak, sebuah kearifan lokal masyarakat Bali dalam mengelola sumber daya air.

Subak merupakan sistem pengairan sawah tradisional masyarakat Bali yang didalamnya menyangkut hukum adat dan mempunyai ciri khas, yaitu sosial, pertanian, dan keagamaan.

Baca Juga: Kagum! Bandara di Indonesia Ini Sudah Beroperasi Sejak Tahun 1928

Sistem subak bekerja melalui pola kemasyarakatan dalam mengakses, mendistribusikan dan memanfaatkan sumber daya air dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan air dalam menghasilkan tanaman pangan terutama padi dan palawija.

Subak dinilai sebagai refleksi dari konsep filosofi Tri Hita Karana, yaitu pandangan tentang hubungan harmonis antara tiga unsur utama yang membentuk kehidupan yaitu Tuhan, manusia, dan alam.

Filosofi ini sejalan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan yang memprioritaskan tujuan jangka panjang.

Baca Juga: Berpotensi Beda Penetapan 1 Ramadan 1445 H, Menteri Agama Himbau Tetap Jaga Ukhuwah dan Toleransi

Subak pada umumnya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para pemilik lahan dan petani.

Halaman:

Editor: Ruth Tobing


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x