SEPUTAR CIBUBUR - Koordinator Jaringan Nasional Gusdurian Indonesia Alissa Wahid mengatakan, tidak boleh mengambil hak beragama orang lain dan memaksakan ajaran agamanya karena hal itu tidak sesuai ajaran agama dan dapat melukai rasa kebangsaan dan nilai-nilai toleransi.
Hal itu disampaikannya terkait dengan kasus perusakan sesajen yang dinilai mencoreng hak kebebasan beribadah dan berkeyakinan individu seseorang, serta melukai nilai keberagaman dan toleransi yang telah tumbuh subur di Indonesia.
"Jadi bukan soal sesajen itu haram atau tidak. Kita bisa berbeda pendapat soal itu (sesajen), tetapi yang jelas tidak boleh mengambil hak orang lain. Dan ketika ada orang memaksakan ajarannya kepada orang lain di negara ini, nah itu merupakan pelanggaran," ujarnya di Sleman, seperti dilansir Antara Selasa 18 Januari 2022.
Perempuan yang baru saja terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah PBNU 2022-2027 ini melihat ada beberapa hal menarik yang ditemui pada insiden merusak sesajen, yaitu banyaknya kelompok yang mendukung aksi tidak beradab, intoleran, dan bahkan hingga menjadi perdebatan di kalangan warganet.
"Kenapa banyak yang mendukung? Karena mereka menganggap sedang menjalankan perintah agama. Tetapi dia juga lupa, bahwa menghormati hak orang lain itu termasuk perintah agama juga," ucapnya.
Demikian juga termasuk perintah untuk menaati peraturan, membangun kehidupan bersama yang baik dan membangun kemaslahatan umat, menurutnya adalah semata-mata juga bagian dari ajaran agama. Karena tidak etis jika ujaran atau perilaku yang demikian, dianggap sebagai kebebasan berpendapat, berekspresi, dan berpikir.
“Dalam Alquran tertuang, la iqro hafidzin, yaitu tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Itu panduan, jadi kebebasan berpendapat itu betul, tetapi tidak sama dengan bertindak semau-maunya,” tegasnya.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Libra dan Scorpio, Rabu 19 Januari 2022: Cinta Saatnya Terbuka, Karir Lepas Landas