Jokowi : CPO Indonesia Masih Kinclong, Pembeli Luar Negeri Masih Antri

- 4 Desember 2022, 17:17 WIB
CPO Indonesia Masih Kinclong, Pembeli Luar Negeri Masih Antri
CPO Indonesia Masih Kinclong, Pembeli Luar Negeri Masih Antri /tangkapanlayarinstagram/@jokowi

SEPUTAR CIBUBUR-Presiden Joko Widodo mendorong terciptanya sebuah desain yang dapat membuat negara-negara lain memiliki ketergantungan terhadap suatu komoditas buatan Indonesia.

"Desain yang secara konsisten harus kita lakukan terus yaitu membuat negara lain bergantung kepada kita," kata Presiden dalam sambutannya pada acara Kompas100 CEO Forum Tahun 2022, di Istana Negara, Jakarta, Jumat 2 Desember 2022.

Jokowi menyampaikan Indonesia harus optimistis, karena memiliki potensi dan kekuatan besar baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Baca Juga: Daihatsu Gelar Kontes Modifikasi DDeC 2022 di Mall Ancol Beach City 

"Nanti akan muncul bonus demografi 2030, diperkirakan 201 juta tenaga produktif kita," Presiden dalam sambutannya pada acara Kompas100 CEO Forum Tahun 2022, di Istana Negara, Jakarta, Jumat 2 Desember 2022.

Selain itu, kata dia, Indonesia memiliki pasar yang besar tidak hanya di dalam negeri, namun juga di ASEAN yang mencapai 600 juta jiwa.

"Ini lah kekuatan yang sering tidak kita sadari. Dan harus saya ingatkan terus, termasuk posisi kita di jalur perdagangan dunia. Kekuatan ini yang harus kita ingat-ingat terus dalam rangka membangun strategi besar bisnis negara, strategi besar ekonomi negara, agar kita bisa mencapai visi yang kita inginkan," kata dia.

Baca Juga: HPM Produksi Massal Honda WR V 

Berkaitan membuat negara lain bergantung kepada Indonesia, Jokowi menekankan dirinya sudah berkali-kali mengecek negara mana saja yang tergantung kepada Indonesia.

Berdasarkan pantauannya banyak negara yang memiliki ketergantungan kepada Indonesia.

"Begitu batu bara kita stop dua minggu saja, yang telepon ke saya banyak sekali, Kepala Negara, Perdana Menteri, Presiden. Oh ini tergantung (kepada Indonesia), tergantung, tergantung, tergantung, tergantung, oh banyak sekali, ih saya kaget juga," ungkap Jokowi.

Selain batu bara, banyak juga negara yang bergantung pada CPO Indonesia.

Menurut Presiden, begitu Indonesia menghentikan ekspor CPO, banyak yang bertanya-tanya, termasuk IMF dan Bank Dunia.

Baca Juga: All New Kijang Innova Zenix Hybrid Tetap Favorit, Harga dan Spesifikasi 

“Kenapa stop? Ya karena saya harus mengutamakan rakyat saya dulu. Nggak bisa saya berikan ke kamu, kemudian kami kelabakan nggak punya minyak. Nggak bisa, pasti saya stop. Banyak yang mengatakan keliru, ya terserah, nggak apa pendapat orang berbeda-beda. Kalau saya rakyat yang saya utamakan," tegas Jokowi.

Hasilnya, kata Jokowi, saat ini stabilitas harga minyak goreng bisa dijaga. Dia menyampaikan di dua pasar yang ditinjau nya baru-baru ini, harga minyak goreng masih Rp14.000 dan sebagian lainnya di bawah harga tersebut.

Dia menekankan Indonesia tidak boleh hanya menjadi cabang dalam hal investasi dan tujuan impor.

Indonesia menurutnya harus bisa mendesain sebuah ekosistem ekonomi agar negara lain bisa benar-benar tergantung pada produk Indonesia.

Baca Juga: Pelaku Kumpul Kebo Bisa Dipidana 

Pasar CPO Indonesia

Indonesia  merupakan negara eksportir minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia.

Minyak kelapa sawit juga menempati peringkat pertama sebagai produk perkebunan besar menurut jenis tanaman di Indonesia.

Mengutip data resmi Badan Pusat Statistik (BPS), Produksi minyak kelapa sawit di Indonesia pada 2021 mencapai 30,504 juta ton.

Baca Juga: Pele, Legenda Sepak Bola Dunia Kritis

Diam-diam tiga negara di Eropa yakni  Spanyol, Belanda dan Italia masuk peringkat 10 besar pembeli minyak sawit asal Indonesia.

Berikut daftar 10 negara yang menjadi tujuan ekspor utama minyak sawit Indonesia pada 2021.

  1. China 4,703 juta ton
  2. India 3,034 juta ton
  3. Pakistan 2,655 juta ton
  4. AS 1,640 juta ton
  5. Bangladesh 1,311 juta ton
  6. Mesir 1,035 juta ton
  7. Spanyol 992.800 ton
  8. Belanda 618.900 ton
  9. Italia 612.700 ton
  10. Singapura 55.700 ton
  11. Lainnya 10,237 juta ton***

Editor: Ruth Tobing


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x