Ini Dua Keuntungan Besar Mandatori Biodiesel

- 27 Februari 2024, 22:34 WIB
Plt Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Jisman P Hutajulu dalam pembukaan Seminar Tantangan Industri Bioenergi yang digelar Aprobi di Jakarta, Selasa, 27 Februari 2024. Sumber: Aprobi
Plt Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Jisman P Hutajulu dalam pembukaan Seminar Tantangan Industri Bioenergi yang digelar Aprobi di Jakarta, Selasa, 27 Februari 2024. Sumber: Aprobi /

SEPUTAR CIBUBUR -  Bioenergi sebagai salah satu Energi Baru Terbarukan (EBT) berperan sangat penting dalam target pengurangan emisi karbon (net zero emission) yang ditargetkan tercapai pada 2060. Kontribusi sektor EBT dalam bauran energi nasional mencapai 13,2% di mana bioenergi berkontribusi 7,7% atau 60% dari total bauran energi.

Demikian diungkapkan Plt Dirjen EBTKE (Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi ) Kementerian ESDM RI Jisman P Hutajulu dalam pembukaan Seminar Tantangan Industri Bioenergi yang diselenggarakan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) di Jakarta, Selasa, 27 Februari 2024.

“Kementerian ESDM mengapresiasi Seminar Tantangan Industri Bioenergi yang dilakukan Aprobi dalam menghadapi tantangan dan peluang sektor bionergi. Kolaborasi antara pemerintah dengan pelaku usaha menjadi keberhasilan pengembangan serta kontribusi bioenergi bagi kepentingan bersama,” tutur Jisman.

Ia mengatakan bahwa program biodiesel telah menghemat devisa negara sebesar lebih Rp122 triliun pada 2023.

Baca Juga: Begini Aprobi Berikan Nilai Tambah Ekonomi dan Lingkungan

“Salah satu bioenergi yang besar adalah penyediaan dan pemanfaatan biodiesel, dimana pada 2023 telah disalurkan biodiesel untuk domestik 12,3 juta kilo liter yang dapat menghemat devisa negara sekitar lebih dari Rp122 triliun. Dan penurunan gas rumah kaca sebesar 132 juta ton CO2,” ujar Jisman.

Jisman memaparkan bahwa Indonesia memiliki dua komitmen utama terhadap mitigasi perubahan iklim yang harus dicapai. Target nasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mencapai sebesar 29% pada 2030 yang terlah diperbaharui menjadi 31,9% melalui business as usual dengan usaha sendiri dan penurunan sebesar 41% yang skema business as usual dengan bantuan internasional pada 2030 yang telah diperbaharui menjadi 43,2% terhadap dengan bantuan internasional.

Menurutnya, bioenergi sebagai salah satu sumber EBT mempunyai peranan yang sangat penting dalam menuju net zero emission. Bioenergi bukan hanya sebagai sumber EBT tapi juga bagian strategi integral untuk mengurangi emisi karbon, meningkatkan  keberlanjutan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif sebagai energi terbarukan.

“Bioenergi yang terdiri dari biomassa, biogas dan bahan bakar nabati dapat menggantikan semua energi fosil di semua sektor terkait pembangkit listrik, bahan baku industri, transportasi, komersil dan rumah tangga,” jelasnya.

Baca Juga: BPDPKS: Program Biodiesel B40 Penting untuk Industri Sawit Nasional

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x