Selanjjtnya Ma’ruf menjelaskan, tradisi mudik lebaran juga mendinamisir ekonomi perdesaan. Selain berkontribusi pada aspek indeks kebahagiaan juga ada penambahan uang beredar, termasuk remiten dari pekerja migran, termasuk terdistribusinya dana zakat.
“Hal tersebut meskipun bersifat musiman akan meningkatkan daya beli konsumsi warga sehingga secara langsung akan menurunkan kemiskinan,” tutur dia.
Baca Juga: Pemerintah Belum Bayar Tagihan, Sekjen PHRI Ancam Hentikan Layanan Isoman
Arif Effendi dari PHRI DIY mengatakan, karena Jogja Istimewa, sebaiknya wisatawan yang akan berkunjung di waktu lebaran jauh hari sebelumnya sudah pesan kamar hotel atau penginapan.
Menurut Arif, kalau mendadak khawatirnya tidak mendapatkan kamar, baik untuk kamar hotel berbintang, non bintang, hingga homestay. “Kami berharap para pemudik dan wisatawan yang datang ke DIY jangan sampai nanti tidur di jalan seperti kejadian beberapa tahun yang lalu,” kata Arif mengingatkan.
Seluruh anggota PHRI DIY, tentunya akan memberikan layanan yang terbaik bagi tamu yang datang. “Terakhir kami juga berharap, okupansi kamar secara umum rata-rata di atas 80% pada saat lebaran nanti,” ujarmya.
Adapun Wawan Harmawan, Kadin DIY, mengatakan sejak awal ramadhan tamu warung makan dan restoran sudah meningkat khususnya pada saat acara buka bersama (bukber). Menurut Wawan, pada saat dan sesudah Lebaran, aktvitas warung makan/restoran meningkat hampir sepanjang hari (makan pagi, siang dan malam).
“Sepanjang bulan Syawal, kami biasanya juga dapat pesanan untuk kegiatan Halal bi Halal (Syawalan). Ramadhan, Lebaran & Syawal merupakan momentum rezeki bagi pengusaha kuliner. Tantangan bagi kami adalah tetap memberikan pelayanan yang optimal bagi pelanggan, baik dari menu, harga dan fasilitas lain’, ungkap Wawan Harmawan yang juga Penasihat ISEI Cabang Yogyakarta.
“Zakat fitrah diutamakan dalam bentuk beras, yang hari ini mahal di pasaran, dan syukur lebih dari setara 2,5 kg atau 3,5 liter atau Rp. 48 ribu per penduduk mampu,” katanya.