Sementara itu, udang dan tuna cakalang sebagai komoditas unggulan sektor perikanan berdasarkan nilai dan volume. Sedangkan produk potensial lain berdasarkan nilai di antaranya, rajungan-kepiting, cumi-sotong-gurita dan rumput laut.
Volume dan nilai ekspor hasil perikanan tahun 2021 juga mencatat perubahan dibanding tahun 2020. Volume tahun 2021 tercatat sebesar 1,22 juta ton, sementara tahun 2020 mencapai 1,26 juta ton.
Namun secara nilai, ekspor perikanan tahun 2021 mencapai US$5,72 miliar, atau meningkat dibanding tahun 2020 senilai US$5,21 miliar.
Baca Juga: Kadin Usulkan Tabel Kadar Emisi dalam Produk Keemasan
Hambatan dan Tantangan
Yugi menilai, hambatan serta tantangan di sektor kelautan dan perikanan juga tidak kalah sulit. Pertama, permasalahan utama industri pengolahan perikanan adalah kekurangan bahan baku.
Kedua, jika bahan baku tersedia, maka harganya lebih tinggi dibandingkan negara pesaing seperti India, Vietnam, Equador, dan negara lainnya. Ketiga, banyaknya peraturan pemerintah pusat dan daerah khususnya di perikanan budidaya dan tangkap.
“Hal ini menghambat produksi perikanan. Misal PP 85 tahun 2021. Jadi regulasi sebaiknya nyaman untuk diterapkan,” ungkap dia.
Keempat, produk perikanan mayoritas diperdagangkan dalam bentuk fresh sehingga kualitas sulit terjaga. Kelima, pemilihan produk perikanan yang kurang baik. Karena tidak semua produk perikanan semakin diolah semakin bernilai tambah.
“Contohnya, ada jenis ikan yang lebih bernilai tinggi jika dijual utuh, dibandingkan di fillet. Seperti Kerapu dan Bawal. Dan keenam adalah skema pendanaan yang belum memadai,” terangnya.