Generasi Sandwich Rawan Derita Masalah Kesehatan Mental

21 Agustus 2021, 10:46 WIB
Ilustrasi seseorang sedang pusing memimikirkan beban hidup. /Pexels.com/adrea piacquadio

SEPUTAR CIBUBUR – Generasi sandwich rawan menderita masalah kesehatan mental. Mereka harus membagi tenaga, pikiran, dan waktu untuk mengurus anak juga orang tua yang lanjut usia, terlebih di tengah pandemi Covid-19.

Istilah generasi sandwich merujuk pada sekelompok individu yang terjepit di antara tuntutan simultan dalam merawat orang tua yang telah lanjut usia, dan merawat anak-anaknya yang masih bergantung padanya, baik secara fisik, mental, emosional, maupun finansial. Istilah generasi sandwich kali pertama diperkenalkan oleh dua orang pekerja sosial yaitu Dorothy Miller dan Elaine Broody pada 1981 untuk menggambarkan pelaku rawat (caregiver) yang terjepit di antara dua generasi.

“Sebagai pelaku rawat, individu yang berada di generasi sandwich ini umumnya dituntut untuk memberikan dukungan fisik, mental, emosional, dan finansial baik bagi anak-anaknya dan juga orang tua yang telah lanjut usia,” kata dokter spesialis kedokteran jiwa dr Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ dari RS Pondok Indah dalam keterangan resmi, Sabtu, 21 Agustus 2021.

Baca Juga: Waspada, Penyintas Covid-19 Bisa Alami Gangguan Saraf dan Stroke

Secara umum, karakteristik individu yang berada di generasi sandwich biasanya adalah pria dan wanita berusia 30 tahun ke atas yang telah menikah, dan bekerja. Generasi sandwich menanggung beban dan tanggung jawab dalam memberikan perawatan dan layanan seperti transportasi, pengaturan makan, perawatan kesehatan, dan urusan rumah tangga lainnya, baik bagi anak-anaknya maupun orang tua.

Survei di Amerika Serikat tahun 2007 menunjukkan, generasi sandwich yang terdiri atas usia 35-54 tahun, mengalami tingkat stres lebih tinggi karena dituntut untuk menyeimbangkan peran dalam perawatan anak dan juga orangtua mereka.

Hampir 40% wanita generasi sandwich melaporkan tingkat stres yang ekstrem. Stres ini tidak hanya memengaruhi relasi personal terhadap pasangan, anak dan keluarga, namun juga memengaruhi kesejahteraan diri sendiri.

Baca Juga: Fakta Jahe Bisa jadi Alami Obat Diare dan Cara Buatnya

Generasi sandwich yang menjadi pelaku rawat bagi dua generasi ini lebih rentan mengalami berbagai masalah kesehatan mental, antara lain burn out (kelelahan fisik dan mental), gangguan tidur (banyak tidur atau kurang tidur),  perasaan bersalah, merasa khawatir terus-menerus, hilang minat terhadap aktivitas yang sebelumnya disenangi, ansietas (kecemasan), dan depresi.

Pada akhirnya, kondisi mental tersebut juga bisa memengaruhi kesehatan fisik, seperti kadar hormon stres yang lebih tinggi, lebih sering izin sakit dari pekerjaan kantor karena terinfeksi penyakit menular, respon imunitas yang lebih rendah terhadap influenza, penyembuhan luka yang lebih lambat, tingkat obesitas lebih tinggi, dan risiko penurunan kesehatan mental yang lebih tinggi.

Tantangan menjadi bagian dari generasi sandwich pada masa pandemi Covid-19 semakin meningkat karena kebutuhan untuk merawat kesehatan anak dan orang tua agar terlindungi dari infeksi Covid-19 juga semakin besar.

Baca Juga: Ini pendapat Ahli Soal Kertas Hasil Swab PCR Positif Covid-19 Jadi Bungkus Gorengan

Pada saat yang bersamaan, individu tersebut juga harus tetap menjaga imunitas dirinya agar tidak terinfeksi. Karena itu, penting sekali bagi generasi sandwich untuk mempelajari cara menjaga kesehatan diri, baik fisik maupun mental, serta menyeimbangkan berbagai peran yang dimilikinya.

Banyak dari generasi sandwich memiliki dampak negatif baik dari aspek fisik, psikologis, emosional, dan beban finansial. Penelitian Evans dan kawan-kawan pada 2016 menunjukkan bahwa seorang wanita pada generasi sandwich perlu memiliki strategi untuk dapat menyeimbangkan antara peran sebagai seorang ibu, pelaku rawat orang lanjut usia, dan pekerja. ***

Editor: Ruth Tobing

Tags

Terkini

Terpopuler