Renungan Malam Kristiani: Pelajaran Berharga dari Kisah Orang Samaria

8 Februari 2024, 20:44 WIB
Renungan Harian Kristen: 30 Mei 2022 /pexels/Em Hopper/

SEPUTARCIBUBUR- Ayat renungan kita pada saat ini terdapat dalam Injil Lukas 10:33-34 tertulis demikian:

“Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.”

“Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.”

Baca Juga: Bansos Dinilai untuk Tujuan Politik, Ini Penjelasannya

Pernahkah kita mengalami saat butuh pertolongan yang menolong bukan orang yang diharapkan? Tapi malah orang yang kita musuhi atau benci selama ini.

Kalau itu pernah terjadi ada maksud dibalik semuanya itu yaitu agar kita mengasihi semua orang .

Masalah perbedaan rasial dan agama masih menjadi pemicu konflik yang mewarnai kehidupan di berbagai wilayah dunia sampai saat ini.

Baca Juga: Pimpin Penanaman Pohon Serentak di Kalbar, Dirjen PHL KLHK Tegaskan Urgensi Pohon Bagi Kehidupan

Masih ada oknum yang menyebut orang berkulit hitam dengan panggilan monyet. Sebaliknya orang yang berkulit putih disebut dengan julukan udang rebus.

Ada juga yang mengatai orang berbeda agama dengan babi dan anjing. Semua julukan yang jelek-jelek itu hendaknya tidak keluar dari mulut kita.

Tuhan mengajar kita untuk mengasihi semua orang dari latar apapun. Semua orang sama dihadapan Tuhan. Kita semua sama-sama berharga dan sama-sama mempunyai martabat.

Tinggi, pendek, hitam, putih, kuning, ras apapun, suku manapun dan latar belakang apapun adalah sama. Kita semua dikasihi Tuhan.

Dalam ayat di atas Tuhan Yesus menyampaikan sebuah perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati, yang mau menolong seorang Yahudi, yang dirampok dan dianiaya di tengah jalan.

Padahal orang Yahudi tidak mau bergaul dengan orang Samaria. Karena orang Samaria dianggap kafir.

Dalam perumpamaan ini ada seorang imam yang lewat, juga seorang Lewi yang lewat disitu tapi mereka tidak mau menolong padahal sama-sama Yahudi.

Setelah itu lewatlah orang Samaria ini dan ia melihat orang yang terluka itu. Meskipun secara suku dan keyakinan berbeda tapi orang Samaria ini menolong dan mencukupi kebutuhan orang tersebut sampai ia sembuh.

Sungguh luar biasa kebaikan hati dari orang Samaria yang dikisahkan oleh Tuhan Yesus.

Maksud dari perumpamaan ini adalah agar kita semua tidak membeda-bedakan orang lain. Tidak membenci atau pun memusuhi orang lain karena alasan perbedaan lahiriah.

Sebaliknya Tuhan mau kita mengasihi sesama kita dengan kasih yang tulus.

Orang dari bangsa apapun dan dari agama apapun harus kita kasihi. Orang dari denominasi gereja apapun, dari aliran yang berbeda dengan kita harus kita kasihi.

Musuh saja Tuhan perintahkan untuk kita kasihi. Dalam Matius 5:44 Tuhan Yesus berkata kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Ini berarti kasih kita pada sesama tidak boleh memandang perbedaan.

Kalau saat ini kita masih sulit mengasihi bahkan di waktu-waktu pemilu saat ini kita membenci orang lain yang berbeda pilihan dengan kita mari kita introspeksi diri dan belajar mengasihi lebih lagi seperti Tuhan telah mengasihi kita. ***

 

Sumber: Youtube Suara Injil

Editor: Ruth Tobing

Tags

Terkini

Terpopuler