FINA Larang Atlet Renang Transgender, FIFA dan World Athletics Ikut Ambil Sikap

- 21 Juni 2022, 07:17 WIB
Ilustrasi Transgender
Ilustrasi Transgender /Ilustrasi/Pixabay/geralt/

SEPUTAR CIBUBUR - Badan Renang Dunia, FINA, melarang keikutsertaan atlet transgender pria-menjadi-perempuan ke kompetisi-kompetisi bergengsi nomor putri.

Keputusan tersebut diambil setelah melewati pemungutan suara, Minggu, 19 Juni 2022.

FINA juga akan membentuk gugus kerja untuk merumuskan kategori "terbuka" yang bisa diikuti oleh kalangan transgender.

Baca Juga: Ungkap Beban Fiskal Berat, Presiden Jokowi Beri Penegasan Soal Subsidi Pertalite, Listrik dan Gas

Kebijakan baru tersebut juga mencantumkan bahwa perenang transgender pria-menjadiperempuan hanya diizinkan mengikuti nomor putri apabila "mereka bisa membuktikan dan memenuhi kepuasan FINA bahwa yang bersangkutan tidak pernah merasakan pubertas pria melampaui Tanner Stage 2 (skala pubertas kedewasaan seksual) atau sebelum usia 12 tahun, mana pun yang lebih belakangan".

Terhadap keputusan FINA tersebut, Badan Sepak Bola Dunia, FIFA, dan otoritas atletik dunia, World Athletics, meninjau regulasi mereka.

Juru bicara FIFA mengatakan bahwa lembaga mereka sedang menjalani proses
konsultasi untuk merumuskan kebijakan baru.

Baca Juga: My Hero Academia (Boku No Hero) Rilis Teaser Season 6, Pertarungan Terbesar Pahlawan VS Penjahat

"FIFA saat ini meninjau regulasi keikutsertaan berdasarkan gender dan berkonsultasi dengan pemangku kepentingan ahli," kata juru bicara tersebut dikutip dari Antara, Selasa 21 Juni 2022.

"Mengingat proses ini masih berlangsung, FIFA tidak akan berkomentar secara rinci proposal perubahan dari aturan yang berlaku," ujarnya menambahkan.

FIFA juga menyatakan akan meminta masukan ahli medis, hukum, sains, performa dan hak asasi manusia, serta posisi dari Komite Olimpiade Internasional (IOC).

"Apabila FIFA diminta memverifikasi kelayakan seorang pemain sebelum peraturan baru berlaku, kasus semacam itu akan ditangani secara kasus per kasus, sembari menjaga komitmen nyata FIFA dalam menghormati hak asasi manusia," kata juru bicara mereka.

Sementara itu, Presiden World Athletics Sebastian Coe menyatakan bahwa dewan lembaganya akan membahas wacana regulasi serupa pada akhir tahun ini.

Coe juga memuji langkah tegas FINA, meskipun hal itu menjadi sasaran kritik kalangan pegiat hak transgender.

"Kami melihat sebuah federasi olahraga internasional memantapkan kemampuan mereka dalam menciptakan aturan, regulasi, dan kebijakan yang terbaik untuk kepentingan olahraga," katanya.

"Begitulah seharusnya. Kita harus selalu percaya bahwa aspek biologis di atas gender dan akan terus meninjau regulasi kami sejalan dengan semangat itu. Kami akan mengikuti arahan sains.

"Kami terus melanjutkan studi, penelitian, dan berkontribusi untuk menambah bukti yang sudah banyak bahwa testosteron berperan besar dalam menentukan performa, dan telah menjadwalkan diskusi tentang peraturan kami dengan dewan kami pada akhir tahun," ujar Coe menambahkan.

Tahun lalu, IOC telah mengeluarkan "kerangka kerja" acuan untuk masalah tersebut, sembari memberikan wewenang keputusan akhir kelayakan penampilan atlet-atlet transgender ke masingmasing federasi olahraga.

Kendati demikian, IOC membubuhkan bahwa "sampai saat terbukti sebaliknya, atlet tidak boleh dianggap memiliki keuntungan kompetitif yang tidak adil atau tidak proporsonial karena variasi jenis kelamin mereka, penampilan fisik dan/atau status transgender". ***

Editor: sugiharto basith budiman

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah