Renungan Malam Kristiani: Bangkit Dari Kesedihan

- 19 Februari 2023, 18:00 WIB
Ucapan duka cita
Ucapan duka cita /Pixabay/StockSnap.

SEPUTARCIBUBUR- Ayat renungan kita pada saat ini terdapat dalam kitab Kejadian pasal 23 ayat 1-4 tertulis demikian:

“Sara hidup seratus dua puluh tujuh tahun lamanya; itulah umur Sara. Kemudian matilah Sara di Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan, lalu Abraham datang meratapi dan menangisinya.”

“Sesudah itu Abraham bangkit dan meninggalkan isterinya yang mati itu, lalu berkata kepada bani Het:”

“Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu; berikanlah kiranya kuburan milik kepadaku di tanah kamu ini, supaya kiranya aku dapat mengantarkan dan menguburkan isteriku yang mati itu.”

Baca Juga: Ramalan Bintang Aries dan Taurus, Minggu 19 Februari 2023: Dapatkan Kembali Keajaiban Hubungan yang Istimewa

Ada hal-hal dalam kehidupan ini yang sulit untuk kita terima namun terjadi dalam hidup kita dan harus kita terima.

Seperti misalnya kegagalan, kerugian, dan salah satunya adalah kehilangan orang yang kita kasihi.

Setiap orang yang hidup di dunia ini mempunyai batasan waktu. Kita tidak akan hidup selamanya di bumi yang sudah rusak ini.

Nanti ada waktunya dimana kita diberi kehidupan baru di bumi yang baru dan dalam sorga yang kekal bersama Tuhan.

Baca Juga: Viral! Curi Handphone di Masjid untuk Main Judi Slot Online, Modusnya Kocak

Tapi di bumi yang sekarang ini umur kita punya batasan. Ada yang datang dan ada yang pergi. Ada yang lahir dan ada yang meninggal. Semua ada waktunya.

Menyadari akan kenyataan ini kita hendaknya meresponinya dengan sikap yang benar. Terlebih khusus ketika ada orang-orang yang kita kenal atau yang terdekat dengan kita meninggal.

Dalam Kejadian pasal 23 ayat 1-4 ini kita membaca Sara meninggal di usianya yang ke 127 tahun. Setiap kita punya umur masing-masing dan umur kita ada dalam tangan Tuhan.

Ditetapkannya sedemikian rupa sesuai dengan rencanaNya. Di ayat yang kedua tertulis... “lalu Abraham datang meratapi dan menangisinya”

Baca Juga: Cuaca Ekstrem, Pengelola Wisata di Puncak Diminta Waspada Bencana

Pasangan hidup yang sangat dikasihi oleh Abraham dan telah bersamanya begitu lama dalam suka dan duka telah pergi selamanya.

Kehilangan akan Sara membuat Abraham meratap dan menangis. Tidak dapat kita pungkiri bahwa sebagai manusia kita semua akan menangis ketika ada orang-orang yang kita kasihi meninggal dunia.

Kita akan merasa bersedih dan berduka begitu dalam atas kepergian mereka. Menangis bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan firman Tuhan.

Terkadang ada yang beranggapan bahwa kita tidak boleh menangis tapi kalau kita baca dalam Yohanes 11 ayat 35 disitu tertulis “Maka menangislah Yesus.”

Tuhan Yesus pun menangis meskipun Dia adalah Allah. Kita jadi tahu dan mengenal bagaimana isi hati Allah yang penuh dengan belas kasihan, yang dalam keadaanya sebagai manusia menangis karena belas kasihan.

Menangis adalah salah satu cara dimana kita dapat melepaskan dan meluapkan kesedihan kita.

Tapi kita tidak boleh terus menerus menangis dan larut dalam kesedihan karena berada dalam duka dan kesedihan yang berkepanjangan tidak akan membawa dampak baik bagi fisik dan jiwa kita.

Setiap dari kita yang kehilangan orang-orang yang terkasih harus bangkit, jangan terus terdiam dan bersedih yang tidak berkesudahan.

Ingatlah dan sadari bahwa tujuan hidup kita adalah mengerjakan tugas panggilan dari Tuhan. Terimalah kenyataan yang sudah terjadi dan bergeraklah dalam iman, semangat dan pengharapan di dalam Tuhan. ***

 

Sumber: Youtube Renungan Malam

Editor: Ruth Tobing


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah