Kekacauan di Bandara Kabul Sedikitnya 5 Orang Tewas, Joe Biden Bela Keputusannya Hengkang dari Afganistan

17 Agustus 2021, 10:33 WIB
Adegan panik di bandara Kabul saat warga Afghanistan mencoba melarikan diri dari Taliban /Twitters Reuters

SEPUTAR CIBUBUR – Pasca pendudukan Taliban terhadap ibu kota Afganistan, Kabul tampak ribuan warga panik dan putus asa memadati bandara Kabul. Sebagian sebesar warga ingin meninggalkan negaranya lewat bandara.

Padatnya warga Kabul yang tak terkontrol mendorong militer Amerika Serikat untuk menghentikan evakuasi, seiring Presiden Joe Biden mendapatkan banyak kritik atas penarikan diri Amerika Serikat dari Afganistan.

Dikutip Seputarcibubur.com dari Reuters, Selasa, 17 Agustus 2021, dalam kekacauan di bandara Kabul tersebut, tampak sejumlah warga nekat berpegangan pada pesawat angkut militer Amerika Serikat saat meluncur di landasan tunggal.

Akibat kenekatan itu, tampak satu orang jatuh dari pesawat saat lepas landas dan sempat rekaman televisi.

Baca Juga: Nominasi Pertama TWICE di MTV Dalam Kategori Best K-Pop, cara Vote MTV Video Music Awards 2021

Menurut seorang pejabat Amerika Serikat, untuk menghalau ribuan warga yang mencoba masuk ke penerbangan militer untuk mengevakuasi diplomat dan staf kedutaan Amerika Serikat, militer Amerika Serikat melepaskan beberapa kali tembakan ke udara.

Sedikitnya lima orang dilaporkan tewas, meskipun seorang saksi mata mengatakan tidak jelas apakah mereka ditembak atau tewas karena terinjak-injak.

Kepada Reuters, pejabat tersebut mengatakan, dua pria bersenjata telah dibunuh oleh pasukan Amerika Serikat setelah mereka tampak menembak ke arah kerumunan.

Sementara di pihak Amerika Serikat, kata juru bicara Pentagon, ada indikasi bahwa salah satu anggota militernya terluka.

Baca Juga: Ketegangan Amerika Serikat dan China Memuncak, Pimpinan Militer AS Mendesak Untuk Perang Melawan Beijing

Pihak berwenang Amerika Serikat mengatakan, penerbangan evakuasi dilanjutkan pada Senin malam, setelah beberapa jam tertunda ketika sebuah pesawat Jerman dialihkan ke ibu kota Uzbekistan, Tashkent, dan pesawat lainnya terpaksa berputar di atas kota.

Begitu Taliban berhasil menguasai Kabul, Biden langsung memerintahkan penarikan pasukan Amerika Serikat setelah 20 tahun berperang di negara itu, yang menelan biaya lebih dari US$ 1 triliun.

Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Senin sore, 16 Agustus 2021 sore, Biden membela keputusannya, bersikeras dia harus memutuskan antara meminta pasukan Amerika Serikat untuk berperang tanpa henti dalam apa yang dia sebut perang saudara Afghanistan atau menindaklanjuti kesepakatan untuk pergi yang dinegosiasikan oleh mantan Presiden Partai Republik Donald Trump.

Baca Juga: Abaikan Seruan WHO, Jerman dan Prancis Lanjutkan Rencana Booster Vaksin Covid-19

"Saya berdiri tegak di belakang keputusan saya," kata Biden. "Setelah 20 tahun, saya telah belajar dengan cara yang sulit bahwa tidak pernah ada waktu yang tepat untuk menarik pasukan AS. Itu sebabnya kami masih di sana."

Dia menyalahkan pengambilalihan Taliban pada para pemimpin politik Afghanistan yang melarikan diri dari negara itu dan keengganan tentara Afghanistan untuk berperang.

Demokrat telah menghadapi rentetan kritik, bahkan dari diplomatnya sendiri, atas penanganannya terhadap keluarnya Amerika Serikat, menarik pasukan dan kemudian mengirim kembali ribuan untuk membantu evakuasi.

"Afghanistan hilang ... setiap teroris di seluruh dunia bersorak," kata pemimpin Senat Republik Mitch McConnell kepada wartawan di negara bagian asalnya, Kentucky.

Baca Juga: Negara Bagian Kerala India Umumkan Lockdown Setelah Kasus Aktif Corona Harian Meningkat Tajam

Salah satu rekan Demokrat Biden, Senator Mark Warner, ketua Komite Intelijen, mengatakan dia menginginkan jawaban tentang mengapa Washington tidak lebih siap untuk skenario terburuk.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken bahwa penarikan tergesa-gesa pasukan Amerika Serikat memiliki "dampak negatif yang serius," lapor penyiar negara China CCTV, menambahkan bahwa Wang berjanji untuk bekerja sama dengan Washington untuk mempromosikan stabilitas.

Blinken juga berbicara pada hari Senin dengan Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tentang memastikan stabilitas regional, kata Departemen Luar Negeri. ***

 

Editor: Erlan Kallo

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler