Janji Manis Taliban, Jalankan Hukum Lebih Lembut Yakinkan PBB dan Uni Eropa

18 Agustus 2021, 16:07 WIB
Pengungsi memadati interior pesawat angkut C-17 Globemaster III Angkatan Udara AS, membawa sekitar 640 warga Afghanistan ke Qatar dari Kabul, Afghanistan, 15 Agustus 2021 /REUTERS

SEPUTAR CIBUBUR – Sejak ibu kota Afganistan, Kabul direbut Taliban, sudah lebih dari 2.200 diplomat dan warga sipil lainnya dievakuasi dari Afghanistan dengan penerbangan militer.

Taliban lalu mencoba menarik simpati dunia dengan mengatakan, mereka menginginkan perdamaian, tidak akan membalas dendam terhadap musuh lama.

Taliban juga berjanji akan menghormati hak-hak perempuan dalam kerangka hukum Islam. Meski begitu, ribuan warga Afghanistan tetap saja sangat ingin meninggalkan tanah airnya.

Seorang pejabat keamanan Barat, dikutip dari Reuter, Rabu, 18 Agustus 2021 mengatakan, pihaknya melakukan gerak cepat untuk mengevakuasi lebih dari 2.200 staf diplomatik, staf keamanan asing dan warga Afghanistan yang bekerja untuk kedutaan.

Baca Juga: Taliban Jadi Konten Terlarang di Facebook, Instagram dan WhatsApp

Taliban tidak menghalangi kaburnya ribuan warga Afganistan bersama warga negara asing lainnya melalui Bandara Kabul beberapa hari lalu, karena sudah ada kesepakatan dengan negara-negara Barat pimpinan Amerika Serikat untuk tidak menyerang mereka yang hendak meninggalkan Kabul.

Pasukan AS yang menjalankan bandara harus menghentikan penerbangan pada hari Senin setelah ribuan orang Afghanistan yang ketakutan membanjiri fasilitas itu untuk mencari penerbangan keluar. Penerbangan dilanjutkan pada Selasa karena situasi terkendali.

Sementara itu, pihak Taliban mengatakan,  salah satu pemimpin mereka, Mullah Abdul Ghani Baradar, telah kembali ke Afghanistan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 10 tahun.

Baca Juga: Taliban dengan Mudah Kuasai Afganistan, Setelah Para Pemimpin Kabur dan Ditinggalkan Tentara

Baradar ditangkap di Pakistan pada 2010, tetapi dibebaskan dari penjara pada 2018 atas permintaan pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump sehingga ia dapat berpartisipasi dalam pembicaraan damai.

Seorang juru bicara Taliban, kepada wartawan mengatakan, setelah berkuasa mereka akan memberlakukan hukum lebih lembut dibanding dengan saat mereka berkuasa  antara 1996-2001.

"Kami tidak menginginkan musuh internal atau eksternal. Perempuan akan diizinkan untuk bekerja dan belajar dan aktif dalam masyarakat tetapi dalam kerangka Islam", kata Zabihullah Mujahid, juru bicara utama Taliban.

Baca Juga: Kekacauan di Bandara Kabul Sedikitnya 5 Orang Tewas, Joe Biden Bela Keputusannya Hengkang dari Afganistan

Janji Taliban ini ditanggapi Ramiz Alakbarov, koordinator kemanusiaan PBB untuk Afghanistan yang  dalam sebuah wawancara dengan Reuters mengatakan, Taliban telah meyakinkan PBB bahwa mereka dapat melakukan pekerjaan kemanusiaan di Afghanistan, yang menderita kekeringan parah.

Di pihak lain, Uni Eropa juga menyatakan akan bekerja sama dengan otoritas Taliban jika mereka menghormati hak-hak dasar, termasuk hak-hak perempuan. ***

Editor: Erlan Kallo

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler