Isu Mengurai Benang Kusut Korupsi di Lingkungan Kementan Viral

3 Oktober 2023, 21:00 WIB
Rumah dinas Mentan Syahrul Yasin Limpo /Pikiran Rakyat/Asep Bidin Rosidin/

SEPUTAR CIBUBUR-Isu terkat modus Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo beredar luas di banyak Grop Whatapss sejak Minggu 1 Oktober 2023.

Isu tersebut diberi judul,” Benang kusut korupsi di lingkungan Kementan kian terurai”.

Dalam isu tersebut disebutkan bahwa agar naik pangkat, Mentan SYL disinyalir minta uang ke tiap bawahan dengan dibantu orang terdekat. Siapa saja yg bantu dia?

 Baca Juga: Komentar Mentan Kalau Ga Mau Ada Masalah Minum Baygon Viral

Sesuai dgn regulasi yg tercantum di Permenkeu No. 268/PMK.05/2015, uang operasional tiap menteri sudah ditanggung negara sebesar Rp120 juta/bulan dgn 80%-nya bahkan dibayarkan di muka atau lumpsump.

Tapi hasrat manusia selalu tak puas dengan materi sebanyak apapun dan ini juga yang terlihat pada diri Mentan Syahrul Yasin Limpo alias SYL.

Merujuk temuan di gelar perkara KPK pada 13 Juni 2023 dan pemeriksaan sekitar 70 orang eselon l-lll, SYL diduga kuat meminta upeti pada semua bawahannya yang hendak naik jabatan.

 Baca Juga: Mentan Syahrul “Hilang” di Luar Negeri, Wamentan Mengaku Tidak Tahu

Semua uang komisi itu ia (Mentan SYL) gunakan untuk kebutuhan operasional dan memperkaya diri juga orang-orang terdekat.

Malahan, dari sejumlah keterangan pejabat Kementan, sebagian uang itu ia pakai untuk hal yang tak perlu seperti karaoke dan menyewa jet pribadi.

Untuk melancarkan aksinya, SYL dibantu 4 aktor lain yang punya peran masing-masing. Mereka, antara lain, ialah Kasdi Subagyono yg menjabat Sekjen Kementan.

Peran Kasdi sebagai koordinator yang mengatur dan mengawasu tiga orang lainnya untuk mencarikan para eselon yang berhasrat promosi jabatan.

 Baca Juga: Yasonna Sebut Mentan Syahrul Masih di Luar Negeri, Begini Kata Surya Paloh

Kepada Kasdi jugalah uang komisi dikumpulkan untuk kemudian diserahkan ke SYL.

Sementara anak buah Kasdi yg mencari eselon itu ialah Imam Mujahidin Fahmid, stafsus Mentan bidang kebijakan pertanian.

Imam tidak mengambil uangnya. Ia memakai tangan Zulkifli, Kabiro Kepegawaian dan Organisasi Kementan, sebagai "pemetik"-nya.

Imam bukanlah orang asing bagi SYL. Setidaknya Imam dekat dengan Mentan SYL sebelum menjadi Gubernur Sulsel. Imam bahkan tercatat ikut masuk tim pemenangan SYL sbg juru bicaranya.

 

Beda halnya Zulkifli, ia merupakan orang bawaan Imam. Mereka berdua sama-sama berasal dari Bima, NTB.

Menurut banyak sumber di Kementan, Zulkifli mematok harga Rp300 juta untuk eselon yang mau naik jabatan satu tingkat.

Adapun nama terakhir ialah Muhammad Hatta yg menjabat Direktur Alat dan Mesin Pertanian. Tak serupa dengan Imam, Hatta tak menggunakan tangan siapapun alias ia sendiri yang mencari dan menawarkan eselon yang ingin promosi.

Lebih rendah dari yang dipatok Imam, Hatta cuma meminta Rp200 juta untuk eselon yang namanya ingin dipromosikan ke SYL.

Muhamad Hatta sendiri masuk Kementan di 2020  dan bersamaan dengan itu pula masalah pupuk muncul.

Di dokumen KPK, Hatta punya kasus sendiri. Ia diduga menyelewengkan pengadaan pupuk bersubsidi dan sejumlah pejabat Kementan sdh diperiksa perihal ini.

Kembali ke soal komisi. Dari informasi yg beredar, upeti naik jabatan yang berkisar Rp250 hingga Rp300 juta untuk tiap orang itu tidak dibayarkan langsung, melainkan dicicil selama setahun.

Umumnya, untuk mendapat uang sebanyak itu para eselon yg bersangkutan, khususnya eselon lll, memalsukan SPPD (Surat Perintah Perjalanan Dinas) yang bahkan dalam sebulan bisa 20x jumlahnya.

Mereka juga memotong uang SPPD anak buahnya agar bisa melunasi uang janji upeti itu.

Menurut satu sumber di Kementan, isu tersebut sudah menjadi rahasia umum hampir semua pegawai di Kementan. ***

Editor: Ruth Tobing

Tags

Terkini

Terpopuler