Ada yang Salah dalam Demokrasi Indonesia, Ini Kata Rocky Gerung

- 7 November 2023, 11:51 WIB
Rocky Gerung dalam Diskusi Demokrasi dan Peradaban dan Penganugerahan Dignity Award di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina, Senin (6/11/2023). Foto: Paramadina
Rocky Gerung dalam Diskusi Demokrasi dan Peradaban dan Penganugerahan Dignity Award di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina, Senin (6/11/2023). Foto: Paramadina /

Menyinggung ucapan Ketua MKMK Jimly Asshiddiqie bahwa republik ini rasa kerajaan memiliki konsekuensi. “Kalau dia bikin keputusan yang moderat berarti dia bagian dari kerajaan. Tapi kita percaya bahwa pak Jimly didesain oleh alam semesta untuk jadi messenger, the new kind of democracy. Anda diminta untuk jadi seorang ethicus bukan sekadar seorang teoritikus dalam kebijakan negara. Rakyat ini menunggu seorang ethicus menumbuhkan kembali harapan,” katanya.

Rocky Gerung dalam Diskusi Demokrasi dan Peradaban dan Penganugerahan Dignity Award yang diselenggarakan atas kerjasama Institut Peradaban dan Universitas Paramadina di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina, Senin (6/11/2023). Foto: Paramadina
Rocky Gerung dalam Diskusi Demokrasi dan Peradaban dan Penganugerahan Dignity Award yang diselenggarakan atas kerjasama Institut Peradaban dan Universitas Paramadina di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina, Senin (6/11/2023). Foto: Paramadina
Rektor Universitas Paramadina Prof Didik J Rachbini MSc PhD dalam sambutannya menyatakan bahwa sebenarnya demokrasi Indonesia sudah masuk jurang.  

“Sudah dimulai sejak mau masuk periode ke-3 (Jokowi). Satu langkah untuk mengubah konstitusi dimulai dari menteri-menteri menyampaikan. Itu ada mastermind-nya dan Itulah sebenarnya perilaku yang sudah mengubah demokrasi sudah masuk jurang, kemudian berlanjut sampai sekarang pilpres,” ungkapnya.

“Sesungguhnya kita memperlakukan demokrasi tidak bisa dengan pola seperti itu dan saya mengatakan itu naif. Kita harus menghidupkan check and balances. Demokrasi itu satu mata uang dengan dua muka, yaitu demokrasi dan rule of law dan sekarang ini hukumnya sudah diobrak-abrik,” imbuhnya.

Baca Juga: Pasca 'Sowan' ke Rocky Gerung, Gibran 'Panen' Kritikan

Sementara itu Prof Dr Salim H Said menyatakan bahwa ketika pelantikan Jokowi-JK ada pawai ia terharu dan menangis, teringat 10 tahun di Amerika selalu melihat pesta setelah pemilihan presiden.

Dr (HC) KP Jaya Suprana menerima penghargaan Dignity Award di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina, Senin (6/11/2023). Foto: Paramadina
Dr (HC) KP Jaya Suprana menerima penghargaan Dignity Award di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina, Senin (6/11/2023). Foto: Paramadina
“Di negeri saya kita tidak pernah merayakan dan ketika Jokowi-JK berpawai keliling Jakarta saya terharu. Toh akhirnya bangsa saya merayakan terpilihnya pemimpin. Sedihnya hari terakhir Jokowi, teman saya Goenawan Mohamad menangis di TV. Apakah ini tanda awal dan akhir ditandai dengan tangis. Wallahualam,” paparnya.

Dalam acara ini juga dilakukan penyerahan penganugerahan Dignity Award kepada Dr (HC) KP Jaya Suprana. Menurut Dr Umar Husin pemberian penghargaan ini didasari karena Jaya Suprana dikenal sebagai tokoh pluralis, yang tidak henti-hentinya menghela peradaban bangsa ini untuk menuju peradaban yang lebih baik.

Dalam sambutannya Jaya Suprana usai menerima penghargaan Dignity Award, mengungkapkan bahwa memang tidak semua orang bisa memaknai peradaban yang sesungguhnya, Ia menyatakan kekagumannya kepada Prof Salim H Said yang tanpa letih dan bosan selalu mengajarkan untuk membentuk peradaban yang lebih baik. (Lucius GK)

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah