Menyinggung ucapan Ketua MKMK Jimly Asshiddiqie bahwa republik ini rasa kerajaan memiliki konsekuensi. “Kalau dia bikin keputusan yang moderat berarti dia bagian dari kerajaan. Tapi kita percaya bahwa pak Jimly didesain oleh alam semesta untuk jadi messenger, the new kind of democracy. Anda diminta untuk jadi seorang ethicus bukan sekadar seorang teoritikus dalam kebijakan negara. Rakyat ini menunggu seorang ethicus menumbuhkan kembali harapan,” katanya.
“Sudah dimulai sejak mau masuk periode ke-3 (Jokowi). Satu langkah untuk mengubah konstitusi dimulai dari menteri-menteri menyampaikan. Itu ada mastermind-nya dan Itulah sebenarnya perilaku yang sudah mengubah demokrasi sudah masuk jurang, kemudian berlanjut sampai sekarang pilpres,” ungkapnya.
“Sesungguhnya kita memperlakukan demokrasi tidak bisa dengan pola seperti itu dan saya mengatakan itu naif. Kita harus menghidupkan check and balances. Demokrasi itu satu mata uang dengan dua muka, yaitu demokrasi dan rule of law dan sekarang ini hukumnya sudah diobrak-abrik,” imbuhnya.
Baca Juga: Pasca 'Sowan' ke Rocky Gerung, Gibran 'Panen' Kritikan
Sementara itu Prof Dr Salim H Said menyatakan bahwa ketika pelantikan Jokowi-JK ada pawai ia terharu dan menangis, teringat 10 tahun di Amerika selalu melihat pesta setelah pemilihan presiden.
Dalam acara ini juga dilakukan penyerahan penganugerahan Dignity Award kepada Dr (HC) KP Jaya Suprana. Menurut Dr Umar Husin pemberian penghargaan ini didasari karena Jaya Suprana dikenal sebagai tokoh pluralis, yang tidak henti-hentinya menghela peradaban bangsa ini untuk menuju peradaban yang lebih baik.
Dalam sambutannya Jaya Suprana usai menerima penghargaan Dignity Award, mengungkapkan bahwa memang tidak semua orang bisa memaknai peradaban yang sesungguhnya, Ia menyatakan kekagumannya kepada Prof Salim H Said yang tanpa letih dan bosan selalu mengajarkan untuk membentuk peradaban yang lebih baik. (Lucius GK)