Resesi Ekonomi Global 2023, Gubernur BI Ingatkan Lima Potensi Risiko Global yang Perlu Diwaspadai

30 November 2022, 22:38 WIB
Ilustrasi resesi ekonomi global. /Pixabay/Gerd Altmann

SEPUTAR CIBUBUR - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengingatkan Indonesia harus mewaspadai lima potensi risiko global karena akan mempengaruhi stabilitas dan pemulihan ekonomi dalam negeri.

“Kita perlu mewaspadai lima permasalahan ini dari prospek ekonomi global,” katanya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022 di Jakarta, Rabu, 30 November 2022.

Lima risiko global ini meliputi pertumbuhan ekonomi yang menurun atau slow growth serta risiko resesi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang meningkat.

Baca Juga: Mengenal Istilah Resesi Ekonomi, Penyebab Terjadinya Resesi Ekonomi dan Dampak yang Ditimbulkannya

Kedua adalah inflasi yang sangat tinggi atau high inflation karena harga energi dan pangan global yang melonjak.

Ketiga, suku bunga yang tinggi bahkan The Fed Fund Rate bisa mencapai 5 persen dan tetap tinggi selama tahun depan.

Risiko global keempat yang perlu diwaspadai adalah dolar AS yang sangat kuat sehingga menyebabkan tekanan depresiasi terhadap nilai tukar mata uang negara lain termasuk Rupiah.

Baca Juga: Resesi Ekonomi Global 2023 Hantui Bisnis Properti di Indonesia, Ini Solusi Cerdas Pengembang untuk Investor

Terakhir adalah penarikan dana oleh para investor global dan mengalihkannya ke aset likuid karena risiko tinggi.

Perry menegaskan untuk menghadapi lima risiko global tersebut diperlukan penguatan sinergi dan koordinasi kebijakan antara pemerintah dan BI maupun Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Menurutnya, penguatan sinergi ini akan membawa perekonomian Indonesia menuju ketahanan dan kebangkitan pada 2023 sampai 2024.

Baca Juga: Resesi Ekonomi Global 2023 Jangan Dramatisir, tapi Perlu Diwaspadai

Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tetap kuat pada kisaran 4,5 sampai 5,3 persen dengan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3 plus minus 1 persen.

Sementara stabilitas eksternal akan tetap terjaga dengan transaksi berjalan diproyeksikan di kisaran surplus 0,4 persen sampai defisit 0,4 persen dari PDB 2023.

Untuk neraca modal dan finansial surplus didukung penanaman modal asing (PMA) dan investasi portofolio sekaligus ketahanan sistem keuangan tetap terjaga baik dari sisi permodalan, risiko kredit dan likuiditas.

Baca Juga: Berkas Perkara Apin Bos Judi Online Dinyatakan P21 (Lengkap), Total Aset Disita Rp 158 Miliar

“Sinergi dan inovasi adalah kata kunci untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional. Telah terbukti selama pandemi,” tegasnya. ***

Editor: Erlan Kallo

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler