Indonesia Awali Tahun 2023 dengan Baik

- 28 Januari 2023, 10:45 WIB
Bank DBS Indonesia
Bank DBS Indonesia /

Dalam tinjauan kebijakan pertengahan Desember, pembuat kebijakan Indonesia mendapatkan kepercayaan diri karena inflasi domestik telah mencapai puncaknya, bersamaan dengan meredanya gejolak di pasar keuangan global karena kenaikan suku bunga Bank Sentral AS, yang lebih kecil. Pengumuman angka inflasi Desember mencatat kejutan dengan kenaikan 5,5% secara tahunan saat moderasi harga pangan disertai dengan dorongan akhir tahun untuk unsur layanan dan penyesuaian harga utilitas oleh provinsi terbesar ketiga AS. Sementara itu, inflasi utama menembus target BI, yang sebesar 2-4%, namun inflasi inti sebagian besar terkonsolidasi di angka 3,0-3,5%.

Baca Juga: Bank DBS Indonesia dan Pijar Foundation Siapkan Ini untuk Mahasiswa

Dengan inflasi melewati puncaknya dan Bank Sentral AS diperkirakan menghentikan siklus kenaikan suku bunganya pada tahun ini, Indonesia tidak lagi berada dalam keadaan mendesak untuk menaikkan suku bunga secara agresif. Meskipun demikian, dengan rupiah (-2,2% pada triwulan terakhir tahun 2022) tidak dapat berpartisipasi dalam reli mata uang kawasan dan inflasi di atas target resmi, BI memilih mempertahankan bias pengetatan dan beralih ke peningkatan secara bertahap dan tidak terlalu berarti, sebesar 25bp.

 Terakhir, DBS Group Research memperkirakan kenaikan suku bunga satu kali pada bulan ini dan satu lagi pada Februari 2023 sebelum mencapai puncak menjadi 6%, sesuai dengan jumlah kenaikan yang diharapkan dari Bank Sentral AS.

Kondisi likuiditas dalam negeri kemungkinan tetap kondusif untuk mempertahankan sikap pro-pertumbuhan.

Baca Juga: Bantu Nasabah Yakin Rencanakan Masa Depan, Manulife -Bank DBS Hadirkan Produk Ini

Prioritas lain bank sentral adalah menarik likuiditas mata uang asing (FX) kembali ke sistem keuangan dalam negeri. Pada Desember lalu, BI menguraikan rencana memperkenalkan instrumen moneter FX baru untuk menarik pendapatan dolar dari ekspor di pasar dalam negeri dengan menawarkan pengembalian kompetitif.

Selain meningkatkan ketersediaan mata uang asing domestik, arus masuk itu akan mendukung rupiah dan menurunkan biaya pinjaman terkait. Pengembalian rendah telah menghalangi likuiditas mata uang asing untuk kembali ke pasar domestik, kendati ada surplus perdagangan barang sejak awal tahun serta aliran investasi yang mencatat rekor tertinggi hingga saat ini. Ada indikasi bahwa kumpulan sektor yang diperlukan untuk mengalihkan pendapatan dari luar negeri kembali ke sistem lokal akan diperluas. (Lucius GK)

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah