Penurunan Fungsi Tubuh Penyebab Lansia Susah Tidur

10 Juni 2021, 17:14 WIB
Ilustras lansia yang mengalami kesulitan untuk tidur. /pixabay.com/geralt

SEPUTAR CIBUBUR – Penurunan fungsi tubuh menjadi penyebab kelompok lanjut usia (lansia) susah tidur. Namun di luar itu, ada banyak faktor lainnya.

Tidur sangat bermanfaat bagi kesehatan otak dan saraf agar dapat berfungsi optimal. Kelompok lansia dapat mengetahui apakah proses tidur sudah baik atau belum bisa dilihat dari dua sisi, yaitu sisi kualitas dan kuantitas.

Ada beberapa ciri kualitas tidur yang baik. Pertama, mudah untuk memulai tidur. Kedua, tidak mudah terbangun di malam hari. Ketiga, tidak terbangun lebih awal, dan keempat merasa segar ketika bangun tidur.

Baca Juga: Praktisi Kesehatan Apresiasi Pemerintah Percepat Standardisasi CHSE

Sementara dari sisi kuantitas, terdapat beberapa indikator waktu normal tidur. Pertama, waktu tidur lansia memang menjadi lebih sedikit dibandingkan anak-anak, remaja atau dewasa.

“Waktu tidur lansia yang normal yaitu sekitar 6-7 jam sehari. Selain itu, pola tidur juga akan berubah seiring dengan pertambahan usia karena adanya penurunan fungsi jam internal dalam tubuh” ujar Dokter Spesialis Saraf RSUI dr Pukovisa Prawirohardjo, Sp.S(K) dalam talkshow bertajuk Sulit Tidur pada Lanjut Usia, Wajarkah?, belum lama ini,

Gangguan tidur, kata dr Pukovisa, dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya ada sindrom kaki gelisah (RLS), kurangnya aktivitas fisik, terlalu lama tidur siang, adanya rasa sedih karena ada anggota keluarga yang meninggal dunia, terlalu lama menatap layar telepon seluler (ponsel) sebelum tidur, atau sedang dirawat inap di rumah sakit.

Baca Juga: Properti Masih Menjanjikan, Triniti Dinamik: Tahun Depan Penjualan Kami Tumbuh 30 Persen  

Kondisi lingkungan, kata dr Pukovisa, juga dapat memengaruhi, misalnya ada suara volume tinggi yang mengganggu, cahaya kamar yang terlalu terang, serta tempat tidur tidak nyaman.

Konsumsi obat-obatan tertentu serta mengonsumsi kafein juga sangat mempengaruhi pola tidur seseorang. Masalah medis seperti depresi, alzheimer, parkinson, kondisi menopause, dan nyeri sendi otot juga dapat menyebabkan gangguan tidur. Beberapa tanda awal gangguan tidur, kata dr Pukovisa, seperti kelelahan, gangguan konsentrasi, mudah tersinggung, mengantuk di siang hari, serta adanya perubahan perilaku.

“Apabila gejala-gejala ini terus bertahan lebih dari 1 bulan atau sudah memengaruhi aktivitas sehari-hari, sebaiknya untuk segera berkonsultasi ke dokter. Gejala awal gangguan tidur juga dapat diatasi dengan melakukan sleep hygiene sebelum tidur, yaitu dengan mengatur kondisi kamar tidur tetap sejuk dan tenang, mandi air hangat, dan sikat gigi sebelum tidur” jelas dr Pukovisa.

Baca Juga: KKP Tangkap 19 Kapal Illegal Fishing

Faktor sulit tidur lainnya juga disampaikan dr Niken Lestari P, Sp.THT-KL(K) yang merupakan Dokter Spesialis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) Konsultan Kepala Dan Leher di RSUI. Menurut dr Niken, kualitas tidur yang kurang baik dapat disebabkan oleh mendengkur (sleep apnea). Mendengkur dapat terjadi karena dua hal, yaitu adanya kelainan di otak dan adanya gangguan saluran napas atas (penyempitan hidung-tenggorok). Gangguan saluran napas dapat terjadi akibat adanya perubahan struktur (cuping hidung jatuh, tenggorok makin panjang), serta adanya perubahan fungsi otot tenggorok yang melemah.

Beberapa dampak dari mendengkur, kata dr Niken, di antaranya dapat terjadi masalah pernapasan (mudah terserang selesma), masalah kardiovaskular (darah tinggi), masalah serebrovaskular (stroke), gangguan kualitas hidup (adanya risiko jatuh, kecelakaan), serta masalah kognitif (gangguan konsentrasi dan daya ingat).

“Jika seseorang mengalami perubahan kuantitas dan kualitas tidur, dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi dan aktivitas sehari-hari. Karena itu, langkah awal yang penting untuk dilakukan adalah mengetahui apa yang menyebabkan gangguan tidur tersebut,” papar dr Niken.

Baca Juga: Kementerian PUPR akan Fokus pada Penyelesaian Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Sudah Mulai Dibangun

Kebiasaan mendengkur, kata dr Niken, tidak boleh diremehkan. Kerap kali banyak mitos yang beredar di masyarakat yang mengatakan bahwa mendengkur adalah tanda tidurnya nyenyak atau karena kondisi tubuh yang sedang lelah. Sebaiknya segera periksa ke dokter untuk mengetahui penyebabnya.

“Jika gangguan tersebut dapat dideteksi sejak dini, dapat diberikan penanganan yang sesuai, sehingga dampak-dampak tersebut dapat dicegah,” tambah dr Niken.

Akupunktur

Untuk mengatasi gangguan tidur, kata dr Darwin Harpin, Sp.Ak yang merupakan Dokter Spesialis Akupunktur Medik di RSUI, akupunktur medik dapat menjadi salah satu cara penanganan insomnia atau gangguan tidur. Stimulasi ke titik akupunktur akan dikirim ke tulang belakang kemudian ke organ-organ sesuai segmen tulang belakang yang akhirnya dapat sampai ke otak.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Tekan Sumber Pemasukan Industri Olahraga

“Akupuntur dapat mengaktivasi otak untuk dapat membuat tidur menjadi lebih berkualitas, seiring dengan meningkatnya hormon endorfin yang berperan dalam memberikan energi positif serta efek penenangan bagi tubuh. Terapi akupunktur dalam mengatasi gangguan tidur dapat dilakukan dalam durasi sekitar 30 menit dengan frekuensi 2-3 kali per minggu yang nantinya akan dilakukan evaluasi setiap kedatangan untuk menyesuaikan modalitas terapi,”ujar dr Darwin.

Selain itu, dr Darwin juga mengenalkan metode akupresur yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah yaitu metode stimulasi titik akupunktur menggunakan tekanan, misalnya dengan bantuan ibu jari. Dengan melakukan akupresur pada beberapa titik di tubuh pada beberapa penelitian kedokteran telah terbukti dapat membantu mengurangi gejala gangguan tidur. Beberapa titik akupresur tersebut di antaranya ada pada titik EX-HN3 (pertengahan kedua alis), GV20 (titik puncak kepala), serta titik HT7 dan PC6 (sekitar pergelangan tangan).

Metode akupunktur, kata dr Darwin, aman dan memiliki efek samping yang minimal. Metode ini tidak menimbulkan kontraindikasi spesifik dan efek sampingnya hanya sebatas rasa pegal dan mengantuk ringan, atau muncul lebam. Namun, efek samping ini masih tergolong aman.

Baca Juga: Pengembang di Dekat Stasiun LRT Jabodebek Raih Lonjakan Laba Bersih

“Mengatasi gangguan tidur sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter untuk mengetahui penyebabnya serta dapat diberikan saran penanganan yang tepat, kemudian kita juga dapat melakukan hobi yang dapat merelaksasi pikiran kita misalnya dengan berkebun, dan kemudian metode akupunktur serta akupresur juga dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi gangguan tidur ini,” pesan dr Darwin. ***

Editor: Ruth Tobing

Tags

Terkini

Terpopuler