Agenda Pembangunan dan Gaya Hidup Global Terpengaruh Akibat Fenomena Berikut

- 23 Februari 2024, 14:39 WIB
Seminar Foreign Policy Circle’s Talk: “South-south Cooperation: Its Continued Significance and Future Challenges” di Auditorium Firmanzah, Universitas Paramadina pada Kamis (22/2/2024). Sumber: Universitas Paramadina
Seminar Foreign Policy Circle’s Talk: “South-south Cooperation: Its Continued Significance and Future Challenges” di Auditorium Firmanzah, Universitas Paramadina pada Kamis (22/2/2024). Sumber: Universitas Paramadina /

SEPUTAR CIBUBUR - Beberapa agenda pembangunan dibalikkan dan secara tidak proporsional gaya hidup global pun terpengaruh oleh krisis global dan naiknya harga komoditas global yang pada gilirannya menyebabkan krisis ekonomi dan sosial, hingga perubahan iklim.

Demikian disampaikan Dr Yayan Ganda Hayat Mulyana dalam acara Foreign Policy Circle’s Talk: “South-south Cooperation: Its Continued Significance and Future Challenges” yang diadakan oleh Universitas Paramadina bekerjasama dengan  Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan sekaligus dilakukan penandatanganan kesepakatan kerja sama antara kedua belah pihak.

Diskusi ini diadakan secara hybrid bertempat di Auditorium Firmanzah, Universitas Paramadina pada Kamis (22/2/2024), dimoderatori oleh Maulana Syahid, dan bertindak sebagai penanggap adalah Muhammad Iksan selaku Dosen Universitas Paramadina dan Penny Dewi Herasati, Direktur Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang Kemenlu RI.

Yayan yang juga merupakan Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri Kemenlu RI   menegaskan bahwa kerja sama Selatan-Selatan muncul sebagai mercusuar harapan yang menawarkan jalan menuju dunia yang lebih adil dan makmur. Dengan ini dapat memperkuat solidaritas dan persatuan di antara negara-negara di dunia.

Baca Juga: 15 Tahun Pendidikan Antikorupsi Paramadina Tembok Harapan Lawan Budaya Korupsi

“Pertama, berfungsi sebagai firewall melawan persaingan geopolitik yang meningkat. Kedua, kerjasama Selatan-Selatan muncul sebagai kekuatan pendorong untuk mencegah konflik, resolusi, dan pembangunan perdamaian. Ketiga, kerja sama Selatan-Selatan memiliki potensi sebagai penggerak pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan,” ujarnya.   

Fungsi keempat menurut Yayan, dalam menghadapi degradasi lingkungan dan perubahan iklim, kerjasama Selatan-Selatan semakin penting sebagai pengemudi pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan. 

“Kelima, di tengah krisis kemanusiaan dan darurat kesehatan global, kerjasama Selatan-Selatan menawarkan tali kehidupan solidaritas dan dukungan baik dalam merespons bencana alam, gelombang pengungsi, atau pandemi seperti Covid-19,” paparnya.

Foto bersama usai penandatanganan kesepakatan kerja sama antara Universitas Paramadina dengan Kemenlu RI di Auditorium Firmanzah, Universitas Paramadina pada Kamis (22/2/2024). Sumber: Universitas Paramadina
Foto bersama usai penandatanganan kesepakatan kerja sama antara Universitas Paramadina dengan Kemenlu RI di Auditorium Firmanzah, Universitas Paramadina pada Kamis (22/2/2024). Sumber: Universitas Paramadina
Dalam pidato pengantarnya Dr Handi Risza, Wakil Rektor Universitas menyatakan bahwa Selatan Global telah menjadi kekuatan yang kuat dalam tata kelola global. 

“Juga menjadi advokat bagi forum dan organisasi baru, serta menjadi katalisator untuk inisiatif pembangunan yang bertujuan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Selain itu, negara-negara yang termasuk dalam Grup Kerja Sama Selatan-Selatan (SSC) akan menjadi kekuatan ekonomi yang signifikan di masa depan,” terangnya.

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x