Peringatan Dini! Bahaya Hidrometeorologi Ancam Sejumlah Wilayah di Indonesia

14 September 2021, 21:03 WIB
Kondisi banjir yang menggenangi rumah warga di Kabupaten Nabire, Papua, Selasa, 14 September 2021. /BPBD Kabupaten Nabire

SEPUTAR CIBUBUR – Bahaya hidrometeorologi telah mengancam sejumlah wilayah di Indonesia. Sebagian besar wilayah Indonesia memasuki musim hujan pada September dan Oktober 2021.

Menghadapi musim hujan tahun ini, sikap waspada masyarakat diharapkan dapat mencegah atau memitigasi dampak potensi bahaya hidrometeorologi melalui peringatan dini berbasis komponen struktur dan kultur. Ancaman bahaya hidrometeorologi itu seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan

Dalam rapat koordinasi (rakor) peringatan dini menghadapi ancaman hidrometeorologi, Deputi Bidang Pencegahan BNPB Dra Prasinta Dewi, MAP, menyampaikan bahwa pemerintah sudah menyelenggarakan sistem peringatan dini yang efektif dan masif pada setiap tingkatan, baik nasional, provinsi, kabupaten dan kota bahkan masyarakat.

Baca Juga: September Musim Hujan, BMKG Tetapkan DKI Jakarta dan Jawa Barat 'Siaga Banjir'

Prasinta mengatakan, tindakan ini merupakan langkah pengurangan risiko bencana dan tindak lanjut amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020 – 2024, sebagai implementasi salah satu strategi pengurangan risiko bencana, termasuk hidrometeorologi.

“Berbicara tentang sistem peringatan dini, tentunya tidak terlepas dari dua komponen utama yaitu komponen struktur serta komponen kultur,” ujar Prasinta saat membuka rapat koordinasi melalui daring dan luring, Selasa, 14 September 2021.

Komponen struktur merujuk pada infrastruktur pengamatan dan monitoring, seperti yang telah dilakukan oleh lembaga teknis, seperti BMKG dan PVMBG. Sedangkan komponen kultur, Prasinta menjelaskan ini sebagai diseminasi peringatan dini dan kapasitas masyarakat.

Baca Juga: Menteri Basuki Tinjau Penanganan Normalisasi Sungai Karang Mumus Untuk Kurangi Risiko Banjir Kota Samarinda

Prasinta menambahkan, untuk komponen struktur, yaitu institusi pemerintah seperti BMKG, PVMBG, Kementerian PUPR sudah memiliki sarana prasarana monitoring yang sudah cukup maju untuk bisa memberikan peringatan kepada para pemangku kepentingan maupun masyarakat.

“Namun, untuk komponen kultur terkait bagaimana warning bisa sampai ke masyarakat dengan cepat dan tepat serta bagaimana masyarakat harus bertindak terhadap warning yang diberikan, masih menjadi pekerjaan rumah besar kita semua termasuk di dalamnya BPBD,” ujar Prasinta.

Pada konteks ini, Prasinta menekankan bahwa peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melalui Pusat Pengendalian Operasi atau Pusdalops menjadi sangat penting.

Baca Juga: Bantu Cegah Banjir, PT Food Station Salurkan 3 Unit Mesin Bor ke Wali Kota Jaktim

Pada kesempatan ini, Prasinta juga berpesan upaya para pemangku kepentingan untuk dapat menyampaikan informasi maupun melakukan koordinasi yang dibutuhkan untuk aksi dini atau early action di tingkat masyarakat.

Sementara itu, Direktur Peringatan Dini BNPB Ir Afrial Rosya, MA menyampaikan, peringatan dini berbasis masyarakat, salah satunya menitikberatkan pada kemampuan merespons. Informasi sebagai suatu peringatan dini itu harus memenuhi parameter, antara lain informasi dipastikan sampai dan dipahami oleh masyarakat.

“Masyarakat merespons informasi dengan evakuasi ke tempat yang aman,” ujar Afrial mengenai parameter peringatan dini berbasis komponen kultur.

Baca Juga: Banjir Bandang dan Tanah Longsor di India Tewaskan Sedikitnya 125 Penduduk

BNPB melalui Direktorat Peringatan Dini BNPB, selalu menyampaikan surat edaran peringatan dini terkait potensi bahaya hidrometeorologi. Di sisi lain, BNPB juga secara berkala menginformasikan analisis prediksi banjir melalui laman dan Whatsapp Group. Hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh BPBD untuk kesiapsiagaan dan konsolidasi antarpara pemangku maupun mitra di tingkat lokal.

Rakor peringatan dini menghadapi ancaman bahaya hidrometeorologi ini dihadiri oleh BPBD provinsi, kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Pada rakor tersebut BNPB menghadirkan dua narasumber yaitu Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dr Ir Dodo Gunawan, DEA dan Koordinator Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Dr Agus Budianto. ***

 

Editor: Ruth Tobing

Tags

Terkini

Terpopuler