Demi Indonesia Emas, Bappenas Perlu Diminta Lakukan Riset Perilaku Remaja

- 16 Agustus 2023, 07:16 WIB
AM Putut Prabantoro (Tengah baju putih) berfoto bersama dengan peserta workshop Pemantapan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan Dalam Perencanaan Pembangunan yang diikuti pegawai muda Bappenas, di Hotel Santika, Gunung Kidul, Senin (14/8/2023). Foto: Istimewa
AM Putut Prabantoro (Tengah baju putih) berfoto bersama dengan peserta workshop Pemantapan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan Dalam Perencanaan Pembangunan yang diikuti pegawai muda Bappenas, di Hotel Santika, Gunung Kidul, Senin (14/8/2023). Foto: Istimewa /

SEPUTAR CIBUBUR – Tenaga Ahli Profesional (Taprof) Lemhannas RI, AM Putut Prabantoro menilai Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) perlu melakukan riset terkait perilaku remaja khususnya siswa SMA dan Mahasiswa. Riset ini penting dilakukan untuk memprediksi potensi ancaman terkait karakter pemimpin Indonesia pada tahun 2045, ketika Indonesia memasuki tahun emas kemerdekaan Indonesia. Dalam konteks ini, Bappenas dapat membuat perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan jaman pada saat itu.

Hal itu disampaikan Putut Prabantoro saat memberikan pembekalan kepada pegawai muda Bappenas yang mengadakan workshop dengan thema “Pemantapan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan Dalam Perencanaan Pembangunan”, di Hotel Santika Gunung Kidul, Senin (14/8/2023).

Baca Juga: Luncurkan RPJPN 2025-2045, Presiden Jokowi Paparkan Tiga Hal Penting untuk Gapai Indonesia Emas 2045

Dalam paparannya yang berjudul, Pancasila dan Masa Depan Indonesia, Putut Prabantoro mengatakan, dirinya selama beberapa bulan melakukan pengamatan perilaku remaja Indonesia melalui media mainstream ataupun media sosial (medsos). Beberapa perilaku remaja Indonesia memberikan rasa khawatir bahwa Indonesia akan menghadapi krisis kepemimpinan di tahun 2045.

AM Putut Prabantoro (baju putih) di acara workshop Pemantapan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan Dalam Perencanaan Pembangunan yang diikuti pegawai muda Bappenas, di Hotel Santika, Gunung Kidul, Senin (14/8/2023). Foto: Istimewa
AM Putut Prabantoro (baju putih) di acara workshop Pemantapan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan Dalam Perencanaan Pembangunan yang diikuti pegawai muda Bappenas, di Hotel Santika, Gunung Kidul, Senin (14/8/2023). Foto: Istimewa
“Dari anak-anak yang lebih mengetahui tokoh-tokoh yang viral dibanding nama pahlawan, ratusan pelajar di Ponorogo dan Cilacap yang hamil di luar nikah, pengidolaan budaya asing dibanding budaya bangsa sendiri, rental pacar, perbuatan asusila demi mendapatkan follower atau subscriber, prostitusi online anak-anak  dll, menimbulkan keprihatinan. Saya khawatir, apa yang tampil di media hanyalah fenomena gunung es, yang artinya persoalan serius sebenarnya tengah dihadapi oleh bangsa dan negara Indonesia,” ujar Putut Prabantoro.

Menurut Taprof Ideologi itu, mereka yang duduk di bangku SMA atau Mahasiswa adalah mereka yang berusia 16 tahun sampai dengan 21 tahun. Ketika tahun emas kemerdekaan, mereka akan menginjak usia 40 – 45 tahun, ketika mereka secara usia sudah siap memimpin negara dan bangsa Indonesia. Namun mereka tidak akan siap memimpin negara dan bangsa Indonesia, jika pada usia sekarang ini karakter mereka hancur karena perilaku yang salah.

AM Putut Prabantoro memberikan  pemaparan pada workshop Pemantapan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan Dalam Perencanaan Pembangunan yang diikuti pegawai muda Bappenas, di Hotel Santika, Gunung Kidul, Senin (14/8/2023). Foto: Istimewa
AM Putut Prabantoro memberikan pemaparan pada workshop Pemantapan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan Dalam Perencanaan Pembangunan yang diikuti pegawai muda Bappenas, di Hotel Santika, Gunung Kidul, Senin (14/8/2023). Foto: Istimewa
“Fenomena gunung es ini harus dibuktikan bahwa salah. Namun jika ini benar, kita semua harus menyalakan alarm agar menyadari adanya potensi ancaman kehancuran bangsa. Mungkin karena sifat permisif  yang terjadi dalam masyarakat, perilaku-perilaku tersebut dianggap sebagai suatu fase perkembangan remaja, misalnya rental pacar, atau cenderung membanggakan budaya asing dibanding budaya sendiri. Nah di sinilah urgensinya Bappenas mengadakan riset untuk dapat merencanakan jangka panjang, setidak-tidaknya hingga tahun 2045. Apa yang dibutuhkan remaja saat ini agar mereka dapat memimpin bangsa dan negara pada saatnya?“ jelas Putut Prabantoro lebih lanjut.

Baca Juga: Gubernur Lemhannas Gagas Angkatan Siber, Ini Respons Ketum JMSI

Selain itu, masih menurut Putut Prabantoro, kekhawatiran lebih besar yang dirasakan adalah melunturnya nilai-nilai luhur Pancasila. Menjadi generasi ikut-ikutan dengan perilaku FOMO (Fear Of Missing Out) adalah salah satu penyebab akan hilangnya nilai-nilai luhur Pancasila. Dengan perilaku FOMO, remaja sekarang tidak dapat menentukan keputusan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Mereka menunjukkan sikap ikut-ikutan karena enggan disebut kuno atau out of date, tidak mengikuti perkembangan jaman atau bukan kekinian. Kekhawatiran yang lebih mendalam sikap ikut-ikutan berkiblat pada paham asing atau nilai-nilai yang tidak sesuai dengan Pancasila.

AM Putut Prabantoro (Tengah baju putih) berfoto bersama dengan peserta workshop Pemantapan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan Dalam Perencanaan Pembangunan yang diikuti pegawai muda Bappenas, di Hotel Santika, Gunung Kidul, Senin (14/8/2023). Foto: Istimewa
AM Putut Prabantoro (Tengah baju putih) berfoto bersama dengan peserta workshop Pemantapan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan Dalam Perencanaan Pembangunan yang diikuti pegawai muda Bappenas, di Hotel Santika, Gunung Kidul, Senin (14/8/2023). Foto: Istimewa
Sebagai solusinya, tandas Putut Prabantoro, Pancasila harus berwujud, berbentuk dan berketahanan. Yang bisa mengimplementasikannya adalah remaja masa kini dan ini tidak lepas dari peran pendidikan dan orang tua. Putut Prabantoro memberikan bukti bahwa Pancasila dengan gotong royongnya merupakan ideologi yang tepat bagi bangsa Indonesia. Selain karena berbagai upaya pemerintah, cepat bangkitnya Indonesia dari keterpurukan Covid karena gotong royong, di mana masyarakat terkecil yakni desa atau kampung saling membantu bergotong royong untuk meringankan beban kehidupan.

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah