Ini Kisah Perempuan Asal Filipina yang Muallaf

- 26 Maret 2024, 09:07 WIB
Webinar Inspirasi Taqorrub-Ilalloh Lewat Kisah Perjalanan-Spiritual Para Tokoh: Edisi Muslimah/Muallaf Asal Filipina oleh The Lead Institute Universitas Paramadina 23 Maret 2024. Sumber: Paramadina
Webinar Inspirasi Taqorrub-Ilalloh Lewat Kisah Perjalanan-Spiritual Para Tokoh: Edisi Muslimah/Muallaf Asal Filipina oleh The Lead Institute Universitas Paramadina 23 Maret 2024. Sumber: Paramadina /

SEPUTAR CIBUBUR - Seorang mualaf asal Filipina Armina Kristine Vicente mengungkapkan bahwa persepsi tentang Islam di Filipina negatif, karena di daerah selatan itu kalau orang yang beragama Islam identik dengan teroris dan memiliki istri banyak.

Armina Kristine Vicente mengatakan hal itu dalam webinar "Inspirasi Taqorrub-Ilalloh Lewat Kisah Perjalanan-Spiritual Para Tokoh: Edisi Muslimah/Muallaf Asal Filipina" yang digelar oleh The Lead Institute Universitas Paramadina akhir pekan lalu, 23 Maret 2024.

Armina adalah seorang perempuan asal Filipina menikah dengan pria asal Indonesia dan hidup di Jakarta. “Salah satu peristiwa penting dalam hidup saya adalah saat memutuskan untuk memeluk agama Islam. Proses konversi agama ini tidaklah mudah, memakan waktu selama tiga tahun (1997-2000). Namun, hal ini membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup saya,” paparnya.

Armina juga menjelaskan perbedaan Islam di Filipina dengan di Indonesia “Di Filipina orang muslim sedikit, belum sampai 10%. Jadi, jadi kalau aku lihat muslim itu misalnya ibu-ibu di pasar, banyak juga diberitakan di televisi, muslim di daerah selatan itu yang teroris tidak ada muslim yang baik-baik,” ujarnya.

Baca Juga: Webinar Paramadina Ulas Bagaimana Seseorang Terpapar Ekstrimisme

Ia juga menceritakan kisah awal masuk Islam “Dekat dengan pria asal Indonesia dari 1997 sampai 2000, saya dikenalkan dengan agama Islam. Jadi prosesnya memang pelan, awal pacaran suami saya mengajak, ikut yuk syahadat. Saya tidak tahu syahadat itu apa, jadi ya saya ikut aja. Jadi saya seperti merasa ‘dijebak’ hehe. Lama-lama saya diajari bagaimana shalat, mengaji, berdoa. Karena di Filipina tidak ada yang bisa ditanya karena mayoritas Katolik dan Kristen,” ungkapnya.

Armina juga menceritakan kesannya setelah memeluk Islam. “Beda banget ya, pada awalnya memang saya merasa beban, kenapa sih shalat harus lima waktu. Ini ada shalat, ada puasanya, ada ini ada itu, ada perintah perintah yang kok rasanya ribet amat. Tapi lama-lama kemudian pas udah paham ternyata cocok buat saya,” jelasnya.

Dr. Phil, Suratno menjelaskan bagaimana proses seseorang dalam proses konversi agama. “Dalam perspektif teologis tentu karena adanya ‘hidayah’ atau petunjuk Tuhan. Jadi kalau ada orang pindah agama dalam perspektif teologi ya karena hilangnya hidayah Kalau dalam perspektif teologis, Ibu Armina mendapat petunjuk hidayah, suaminya atau pacarnya itu wasilah saja perantara,” jelasnya.

Baca Juga: 15 Tahun Pendidikan Antikorupsi Paramadina Tembok Harapan Lawan Budaya Korupsi

Suratno juga menjelaskan dari sisi Islam. “Yang paling banyak dirujuk misalnya bahwa kullu mauludin alal fitrah, fitrah itu ya termasuk fitrah majbullah. Kemudian ada ayat Al-quran bahwa orang tua mereka yang menjadikan anak mereka menjadi Yahudi, Nasrani dan sebagainya,” ujarnya.

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x