Masih Banyak yang Gunakan Mesin Tua, KLHK Buka Pintu Investasi untuk Revitalisasi Industri  

- 1 Maret 2024, 20:33 WIB
Plt Dirjen PHL KLHK Agus Justianto (kedua dari kiri) bersama Direktur BPPHH KLHK Krisdianto (kanan), Sekjen CNMFA Wei Jian dan Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur
Plt Dirjen PHL KLHK Agus Justianto (kedua dari kiri) bersama Direktur BPPHH KLHK Krisdianto (kanan), Sekjen CNMFA Wei Jian dan Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur /

SEPUTAR CIBUBUR - Indonesia membuka pintu bagi investor China untuk mendukung revitalisasi dan peremajaan mesin industri pengolahan kayu di tanah air demi mengoptimalkan potensi dan mengerek nilai tambah hasil hutan.

"Kami terbuka jika investor China mau mendukung revitalisasi industri pengolahan kayu Indonesia," kata Plt Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Agus Justianto saat audiensi dengan Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) dan China National Machinery Association (CNFMA) pada Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2024, di Jakarta International Expo, Jumat, 1 Maret 2024.

Berdasarkan data KLHK, industri pengolahan kayu gergajian dan pertukangan (sawmill dan woodworking) tercatat sebanyak 3.485 unit. Rinciannya 391 unit berskala besar (kapasitas lebih dari 6.000 m3/tahun) dan 3.094 unit berskala kecil dan menengah (kapasitas kurang dari 6.000 m3/tahun).

Baca Juga: Udang Vaname jadi Menu Diet Sehat dan Jantung Bahagia

Total kapasitas terpasang industri pengolahan kayu gergajian dan pertukangan mencapai 9,5 juta m3/tahun untuk yang berskala besar dan 10,5 juta m3/tahun untuk yang berskala kecil menengah.

Menurut Agus, saat ini utilisasi industri tersebut sangat rendah. Penyebabnya, masih adanya dampak dari pandemi Covid-19 serta mesin-mesin yang sudah tua. "Kebanyakan mesin industri penggergajian dan pertukangan perlu direvitalisasi," kata Agus.

Sebanyak 24% industri masih menggunakan mesin yang terpasang lebih tua dari tahun 2000. Sementara industri yang menggunakan mesin yang terpasang setelah tahun 2010 hanya sebanyak 37%.

Menurut Agus dukungan investor, termasuk dari China tentu dibutuhkan untuk merevitalisasi mesin-mesin industri pengolahan kayu. Termasuk yang perlu disiapkan lebih lanjut adalah bagaimana dukungan pembiayaan untuk melaksanakan revitalisasi mesin tersebut.

Pada kesempatan itu, Agus juga menekankan soal komitmen Indonesia dalam menggunakan kayu legal dan lestari yang telah bersertifikat Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian (SVLK), memastikan kayu bisa ditelusuri asal-usulnya.

Halaman:

Editor: sugiharto basith budiman


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x