Pasar Harus Jadi Rujukan untuk Komersialisasi Riset, Simak Penjelasan Profesor Indroyono Soesilo

- 8 Agustus 2022, 18:34 WIB
Profesor Indroyono Soesilo
Profesor Indroyono Soesilo /dok. Kemenko Marvest/

Dalam prosesnya pengembangan teknologi remote sensing dan GIS di Indonesia dimulai dengan memperkenalkan penggunaannya pada berbagai jenis industri.

Awalnya adalah penggunaan satelit Landsat-1, yang meluncur tahun 1972, yang dikelola oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Baca Juga: Ferdy Sambo Copot Kamera CCTV, Mahfud MD Sebut Bisa Dipidana dan Keamanan Bharada E Harus Dijamin

Kemudian ditindaklanjuti oleh peneliti-peneliti Indonesia dengan pengembangan aplikasi yang di kemudian hari akan banyak dimanfaatkan oleh banyak entitas.

Pada tahap kedua, semakin banyak industri di tanah air yang memanfaatkan remote sensing dan GIS.

Hal itu kemudian dilanjutkan dengan pengembangan stasiun bumi satelit remote sensing yang dikelola LAPAN.

“Jadi citra satelit bisa diterima di Indonesia dan langsung didistribusikan sehingga harganya akan semakin murah, penggunannya pun akan semakin banyak,” katanya.

Baca Juga: PRMN Jadi Mitra Kampus Merdeka, Buka Kesempatan Mahasiswa Magang Jadi Content Creator

Pada dekade 1990-an, penggunaan remote sensing dan GIS semakin masif. Termasuk dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan tahun (Karhutla) 1997 dimana Indroyono ditunjuk sebagai ‘komandan’ Tim Koordinasi Nasional Pengendalian Karhutla.

Pemanfaatan teknologi remote sensing dan GIS juga semakin lebar misalnya pada sektor perikanan untuk memantau pergerakan kapal ilegal maupun areal penangkapan ikan.

Halaman:

Editor: sugiharto basith budiman


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah