Kasus Terinfeksi STSS Melonjak di Jepang

- 19 Juni 2024, 07:05 WIB
Ilustrasi sakit
Ilustrasi sakit /Pixabay.com

SEPUTAR CIBUBUR-Pemerintah Jepang melaporkan lonjakan jumlah kasus sindrom syok toksik streptokokus atau STSS, yang mencapai rekor tertinggi pada tahun ini.

Sindrom ini ungkap pemerintah Jepang Selasa 18 Juni 2024 disebabkan bakteri langka mematikan yang merusak jaringan, dan telah menginfeksi 977 orang di Jepang hingga 2 Juni 2024.

Sebanyak 77 orang meninggal di Jepang antara Januari dan Maret 2024 akibat infeksi bakteri tersebut.

Baca Juga: Korban Judi Online Bisa Terima Bansos, Ini Syaratnya 

Ken Kikuchi, seorang profesor penyakit menular di Universitas Kedokteran Wanita Tokyo mengungkapkan, sebagian besar pasien yang meninggal terjadi dalam waktu 48 jam.

“Saat seorang pasien menyadari adanya pembengkakan di kaki mereka di pagi hari, pembengkakan tersebut akan meluas hingga ke lutut pada siang hari dan mereka dapat meninggal dalam waktu 48 jam," jelasnya.

Gejala STSS dimulai dengan demam, nyeri otot dan muntah. Ketika infeksi bakteri menyebar ke jaringan dalam dan aliran darah, gejalanya dapat mengancam jiwa dengan pembengkakan, tekanan darah rendah, dan kegagalan organ.

Baca Juga: Mengenal Gecok, Olahan Kambing Khas Tuntang Berbahan Rempah Jamu 

Kebanyakan kasus disebabkan oleh bakteri streptokokus strep A, yang menyebabkan sakit tenggorokan dan demam pada anak-anak. Strep A dapat menjadi invasif jika pasien mempunyai faktor kesehatan lain yang dapat mencegahnya melawan infeksi.

Halaman:

Editor: Ruth Tobing


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah