Gerakan Ini Dibutuhkan dalam Menangani Krisis Lingkungan dan Menyelamatkan Bumi

- 21 Mei 2023, 17:07 WIB
Diskusi publik “Ekologi Integral untuk Kita dan Pemimpin Yang Peduli Lingkungan” yang diselenggarakan oleh Paramadina Center for Religion and Philosophy (PCRP), Jumat (19/5/2023). Foto: Paramadina
Diskusi publik “Ekologi Integral untuk Kita dan Pemimpin Yang Peduli Lingkungan” yang diselenggarakan oleh Paramadina Center for Religion and Philosophy (PCRP), Jumat (19/5/2023). Foto: Paramadina /

SEPUTAR CIBUBUR – Bumi dan manusia menghadapi ancaman pemanasan global dan perubahan iklim. Untuk mengatasi krisis yang dialami bumi dan lingkungannya maupun manusia di dalamnya ini, diperlukan kesadaran individual dan juga kolektif.  

“Tidak cukup kesadaran individual. Dibutuhkan tindakan kolektif dalam mengatasi krisis lingkungan,“ kata Prof Didik J Rachbini, Rektor Universitas Paramadina dalam diskusi publik “Ekologi Integral untuk Kita dan Pemimpin Yang Peduli Lingkungan” yang diselenggarakan oleh Paramadina Center for Religion and Philosophy (PCRP), Jumat, 19 Mei 2023.

Direktur PCRP Budhy Munawar-Rachman  menekankan pula keharusan gerakan kolektif, terutama dari kelompok agama dengan kolaborasi antariman menyuntikkan kesadaran pada publik untuk peduli pada lingkungan.

Baca Juga: Transisi Energi untuk Pengendalian Perubahan Iklim, Menteri Sri Mulyani Ingatkan Soal Keadilan

“Pemerintah pun perlu bertindak menuntut tanggung jawab sosial, dalam menjaga ekologi,  dari perusahaan-perusahaan besar yang potensial melakukan destruksi ekologis. Masalahnya, ada kepentingan yang berjalin-kelindan antara politisi dan pengusaha,” katanya.

Budhy menawarkan model gerakan Laodatu Si yang mana memulai pertobatan ekologis dimulai dari individu menuju gerakan kolektif menjaga bumi.

Budhy Munawar-Rachman, Direktur PCRP, dalam diskusi publik “Ekologi Integral untuk Kita dan Pemimpin Yang Peduli Lingkungan” yang diselenggarakan oleh Paramadina Center for Religion and Philosophy (PCRP), Jumat (19/5/2023). Foto: Paramadina
Budhy Munawar-Rachman, Direktur PCRP, dalam diskusi publik “Ekologi Integral untuk Kita dan Pemimpin Yang Peduli Lingkungan” yang diselenggarakan oleh Paramadina Center for Religion and Philosophy (PCRP), Jumat (19/5/2023). Foto: Paramadina
”Para calon pemimpin negeri ini perlu mengerti ekologi integral yang mengajarkan kesalingterhubungan Tuhan, alam dan manusia yang bisa jadi basis spiritual gerakan kolektif menjaga dan merawat alam,” tegasnya.    

Aktivis lingkungan Swary Utami Dewi memaparkan,  tiap tahun, PBB mengadakan konferensi untuk mengajak negara-negara di dunia. menyelamatkan bumi. “Kerusakan  ekologis bumi ini karena tangan manusia sejak revolusi industri. Efek rumah kaca menciptakan pemanasan global. Alih fungsi hutan memperparah kondisi,” paparnya.

Swary juga mengingatkan dampak suhu bumi yang panas. “Terjadi perubahan iklim  musim hujan tidak teratur, wilayah NTT semakin kering, misalnya. Di Kalimantan Selatan terjadi kemarau basah, petani tidak tahu kapan musim tanam dan panen akibatnya, ancaman kerawanan pangan,” lanjutnya.

Baca Juga: Tunjukkan Kepemimpinan RI Cegah Perubahan Iklim, Paviliun Indonesia Sedot Ribuan Pengunjung

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x