Indonesia bersama Inggris menjadi ketua bersama FACT Dialogue yang mewadahi Negara produsen dan konsumen kunci komoditas seperti daging sapi, kedelai, dan minyak sawit.
Simon Sharpe, Senior Adviser Forest Governance, Markets and Climate (FGMC) Programme Department for Environment Food and Rural Affairs (DEFRA) Inggris menyatakan berdasarkan pengalaman FLEGT dan SVLK Indonesia, adalah masih rendahnya keberterimaan pasar akan produk-produk bersertifikat lestari.
Di sisi lain, laju deforestasi global masih terjadi yang tidak hanya didorong oleh permintaan akan produk kayu tapi juga komoditas lainnya.
"Oleh karena itu kita perlu bekerja sama lebih luas lagi untuk mempromosikan komoditas lestari seperti kedelai, coklat, daging sapi," katanya.
Dr. Metodi Sotirov, Associate Professor Forest and Environment Policy Freiburg University menyatakan untuk memperluas keberterimaan terhadap produk dengan lisensi FLEGT perlu terus dilakukan.
"Misalnya dengan membuat kebijakan pembelian pemerintah yang harus berlisensi FLEGT," katanya.
Guru Besar Kebijakan Kehutanan UGM Profesor Ahmad Maryudi juga menekankan pentingnya memberi penghargaan yang layak pada upaya mencapai kelestarian yang sudah dilakukan melalui legalitas kayu.
“Reward atas upaya untuk mencapai kelstarian harus diperjelas dan dipertegas karena berdampakluas dari aspek ekonomi dan sosial,” katanya.
Ahmad Maryudi juga menyerukan pentingnya komitmen kedua belah pihak, produsen dan konsumen, soal produksi produk yang berkelanjutan.